Sureq La Galigo III (Link Sebelumnya) : Ayahnya Batara Lato kemudian mendatangi seorang nenek tua ke istana untuk memberitahu Sawerigading bahwa dulu pernah terjadi perkawinan seperti itu dan akibatnya negeri tersebut hancur.
Bukannya mendengarkan nasihat itu, Sawerigading malah menjadi marah dan memukul nenek tua itu sampai meninggal, lalu menjemur semua anak kecil di bawah matahari di depan istana.
Akhirnya, orang tuanya meminta tolong kepada Weten Rabeng supaya berbicara kepada kakaknya, mungkin saja dia mau mendengarkan, karena Weten Rabeng adalah orang yang dicintainya.
Akhirnya, Weten Rabeng mencoba menasihati Sawerigading bahwa dia tidak bisa menerima pinangan kakaknya itu karena itu adalah pemali. Weten Rabeng juga memberi tahu Sawerigading bahwa ada seorang putri raja Cina yang bernama Iwe Chudaik, yang sangat mirip dengan dirinya.
Menurut peribahasa, itu seperti pinang dibelah dua. Jika Sawerigading mencintai Weten Rabeng karena fisiknya, maka lebih baik dia menikahi Iwe Chudaik yang memiliki kecantikan mirip dengan Weten Rabeng daripada melanjutkan pernikahan saudara yang bisa mengundang bencana.
Sawerigading tentu saja tidak percaya dan tetap meminta Weten Rabeng untuk menikahinya. Akhirnya, Weten Rabeng memperlihatkan bayangan Putri Cina itu di kuku jarinya, lalu dia menyuruh Sawerigading berbaring dan diperlihatkanlah kecantikan Iwe Chudaik di dalam mimpinya, yang kecantikannya hampir sama dengan Weten Rabeng.
Setelah itu, Weten Rabeng meyakinkan Sawerigading untuk berangkat ke Cina atau Na Ukik untuk meminang Iwe Chudaik. Agar Sawerigading mau berangkat, Weten Rabeng kemudian memberinya sebuah gelang dan cincin. Jika gelang dan cincin itu tidak pas dipakai di tubuh Iwe Chudaik, maka Sawerigading boleh kembali ke Luwuk untuk menikahi Weten Rabeng.
Sebelum Sawerigading berangkat, terlebih dahulu dibuatkan sebuah kapal baru yang kayunya berasal dari pohon dunia atas yang disebut Wellen Reng. Pohon itu kemudian ditebang dengan menggunakan alat khusus, yaitu parang dari dunia atas.
Ketika pohon itu dipotong, salah satu dahan pohon itu jatuh ke negeri Cina, tepatnya sampai di istana raja dan ratu Cina sebagai pertanda bahwa makhluk dunia atas dan makhluk dunia bawah akan muncul di negeri mereka dan meminang putri mereka.
Setelah pohon Wellen Reng rubuh, Sawerigading berdiri di sebelah pohon itu dan mengucapkan sumpah bahwa dia akan meninggalkan negerinya dan tidak akan pernah kembali menginjakkan kakinya di tempat itu.
Jika nanti dia memiliki anak laki-laki, barulah anak laki-laki itu yang akan pulang dan melanjutkan garis keturunan nenek moyangnya di Luwu. Mungkin di sini bisa dilihat bahwa Sawerigading benar-benar kesal dan marah karena tidak bisa menikahi Weten Rabeng.
Sebelum Sawerigading berangkat ke Cina, dia diberitahu oleh Weten Rabeng tentang apa saja yang akan dia temui dalam perjalanannya. Jadi, Weten Rabeng ini adalah seorang bisu yang dikenal memiliki kemampuan spiritualitas tinggi, makanya dia bisa melihat masa depan.
Weten Rabeng memberi tahu Sawerigading bahwa dalam perjalanannya ke negeri Cina dan setelah dia tinggal di sana, dia akan mengalami beberapa hal, seperti tujuh kali pertempuran di laut dan juga berbagai kesulitan selama perkawinannya dengan Iwe Chudaik.