Takhta kemudian diwariskan kepada anak bungsunya, Gusti Raden Mas (GRM) Ibnu Jarot, hasil pernikahan dengan GKR Kencono. Pada usia 10 tahun, ia diangkat menjadi Sultan Hamengku Buwono IV. Di pundaknya, takhta Yogyakarta harus melanjutkan perjalanan dalam bayang-bayang pengaruh kolonial yang semakin mendalam.
Jejak Hamengku Buwono III
Dalam lanskap kota Yogyakarta yang kini gemerlap, terdapat peninggalan-peninggalan yang diam membisikkan kisah dari era Hamengku Buwono III. Salah satu jejak tersebut terletak di Kampung Ketandan, tak jauh dari Jalan Malioboro. Dahulu, tempat ini adalah lokasi strategis bagi para pemungut pajak, profesi yang banyak ditekuni oleh pendatang dari Cina.
Namun, cerita sebenarnya tersembunyi dalam sebuah bangunan berloteng megah di tengah kampung itu. Bangunan ini didirikan untuk seorang penasihat pribadi Sultan, Tan Jin Sing. Sosok luar biasa ini bukan hanya kapitan Cina dari Kedu, tetapi juga seorang poliglot yang menguasai berbagai bahasa, menjadikannya penghubung penting antara dunia keraton dan komunitas Tionghoa. Di bawah pengaruhnya, Ketandan berkembang menjadi pusat niaga dan budaya, sebuah warisan yang terus hidup hingga kini.
Tidak hanya itu, di masa pemerintahannya yang singkat, Sultan Hamengku Buwono III menghadirkan simbol lain dari era yang berbeda: sebuah kereta kuda yang dikirim dari Inggris. Disebut Kyai Mondro Juwolo, kereta ini dilengkapi teknologi mutakhir pada zamannya—dengan konstruksi yang dikabarkan tahan peluru. Keberadaannya tak hanya mencerminkan kemegahan, tetapi juga upaya Sultan untuk memperkuat posisi keraton di tengah tekanan geopolitik dan ancaman kolonial.
Di bawah pemerintahannya, meskipun hanya berlangsung dalam hitungan hari, rakyat Yogyakarta sempat merasakan nuansa stabilitas dan kemakmuran. Di luar intrik dan konflik yang menghiasi panggung sejarah, Hamengku Buwono III menyisakan warisan yang mengakar, baik dalam arsitektur maupun semangat kota ini. Kini, peninggalannya menjadi pengingat bahwa setiap batu dan kayu di Yogyakarta memiliki cerita yang berdenyut dengan kenangan masa lalu.