Sinrili, Nyanyian Bulan Purnama dari Tanah Makassar

Dulu, di masa Kesultanan Makassar masih berjaya di selatan Sulawesi, Rakyat Makassar memiliki kebiasaan berkumpul, terutama di malam hari pada saat bulan purnama.

Nagekeo yang Tak Banyak Orang Tahu, Temukan di Edisi Spesial Ini!

Temukan kekayaan budaya, adat istiadat, sejarah, wisata, dan kuliner khas Nagekeo melalui Majalah Digital Dimensi Indonesia. Dikemas secara menarik dengan pendekatan ilmiah yang ringan.
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia! Selengkapnya
X

Pada malam-malam yang dibelai cahaya bulan purnama, jauh sebelum suara gawai mengisi ruang-ruang sunyi, masyarakat Makassar berkumpul di alun-alun, di pelataran rumah panggung, atau di tepian pelabuhan. Di sanalah, duduk seorang passinriliq—tua atau muda—menghadirkan hikayat dalam alunan nada yang nyaris seperti doa.

Tangannya memainkan keso-keso, rebab bersenar dua yang seakan berbicara dalam bahasa langit. Dari bibirnya mengalir syair, bukan sekadar cerita, melainkan pesan leluhur yang dikisahkan turun-temurun.

Mereka menyebutnya sinrili. Sebuah warisan sastra lisan dari tanah Gowa-Tallo, yang tak hanya menyampaikan kisah, tetapi juga menyimpan jiwa. Sinrili bukan hanya suara—ia adalah nadi dari sejarah, pengingat asal mula, sekaligus cermin kehidupan orang Makassar dalam segala luka, cinta, tawa, dan doa.

- Advertisement -

Di masa kejayaan Kesultanan Makassar, sinrill adalah media yang menyatukan langit dan bumi, raja dan rakyat, Tuhan dan manusia. Syairnya menyampaikan titah dari istana, mengabarkan kejayaan pelaut, membisikkan kisah cinta, hingga menumpahkan haru cerita pengkhianatan dan perang.

Kadang sinrili adalah kabar gembira, kadang ratapan sunyi. Nada-nadanya mengikuti jiwa syair yang dibawakan—mengalun sendu saat bercerita tentang kehilangan, meninggi dan bersemangat ketika mengisahkan kepahlawanan.

Dari suara passinriliq, hidup kembali kisah I Datu Museng yang wafat dalam kesetiaan, I Manakkuk yang menjadi simbol ketabahan, hingga Karaeng Pattingalloang, sang pemikir dari Gowa yang menjembatani dunia timur dan barat.

- Advertisement -

Di saat hujan turun perlahan, masyarakat menyebutnya sinrili bosi timurung—sinrili yang melankolis, tanpa musik pengiring. Tapi saat keso-keso berdendang, maka itulah sinrili pakeso-keso, suara yang menari bersama irama bumi.

Di masa penjajahan, sinrili menjelma menjadi suara perlawanan yang lembut namun menusuk. Syair-syairnya menyimpan keresahan rakyat yang tak bisa disampaikan dengan lantang. Namun raja-raja mendengarnya, dan rakyat menyalin pesan-pesan itu dalam hati mereka. Maka, sinrili bukan hanya hiburan; ia adalah saluran rahasia, tempat di mana rakyat dan pemimpin saling bersua dalam keheningan yang penuh makna.

Baca Juga :  Tarian Balia, Ritual Mistis Suku Kaili yang Kaya Akan Filosofi Hidup

Ketika Islam mulai menyapa tanah Sulawesi Selatan, sinrili tidak lenyap. Ia menyesuaikan diri. Syair-syairnya mulai menyisipkan nilai-nilai tauhid, kisah nabi, dan ajaran moral yang menyentuh nurani. Maka, pada akhirnya, sinrili menjelma menjadi suara spiritual, pengantar hati kepada Yang Maha Tinggi.

- Advertisement -

Kini, mungkin tak lagi setiap malam bulan purnama kita temukan passinriliq duduk di tengah lingkaran, ditemani kopi dan tatapan khusyuk. Namun sinrili belum mati. Di acara-acara adat, panggung budaya, hingga dalam rekaman radio lokal yang sunyi, sinrili masih menyanyikan jiwanya. Ia mungkin berubah bentuk, namun ruhnya tetap sama: menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan.

Sejak tahun 2013, sinrili telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh pemerintah Indonesia. Tapi lebih dari sekadar pengakuan, slnrili hidup dalam batin orang Makassar. Dalam setiap baitnya, kita diajak mengenang—bukan hanya tentang siapa kita, tetapi juga tentang bagaimana kita ingin dikenal oleh generasi setelah ini.

Karena sinrili bukan hanya cerita yang diceritakan. Ia adalah cara orang Makassar mengabadikan jati dirinya: dengan suara yang lembut namun abadi, dengan syair yang tak sekadar dilantunkan, tetapi dirasakan. Maka saat kau dengar keso-keso mulai dimainkan dan suara itu mengalun perlahan, duduklah, diamlah, dan dengarkan—karena engkau sedang menyimak suara jiwa sebuah bangsa yang tak pernah padam.

SHE Eureka Exfoliating Gel

Rp 79.000

Baju Kaos Keren: Rakyat Biasa

Beli di Shopee
Toner Badan Saptadasa Glycolic Toning Solution Exfoliating Toner (AGET 250ML)

Rp 79.000

Bajo Kaos Anime One Piece: Zoro

Beli di Shopee
Holly Fashion♛ BR016 BH Bra sport Push Up

Rp 79.000

Baju Kaos Anak Gunung: Jejak Explorer

Beli di Shopee
SHE Eureka Exfoliating Gel

Rp 143.560

TORCH Shibata 2 Liter Tas Selempang Bahu Pria Wanita Unisex Ringan Anti Air

Beli di Shopee
Parpum Loundry 1 Liter Pewangi Pelicin Pelmbut Pakaian

Rp 15.300

Parpum Loundry 1 Liter Pewangi Pelicin Pelmbut Pakaian

Beli di Shopee
SHE Eureka Exfoliating Gel

Rp 50.000

Sepatu Sneakers Sepatu Kerja Kuliah Travelling Sepatu Olahraga...

Beli di Shopee
SHE Eureka Exfoliating Gel

Rp 125.000

TSepatu Olahraga Badminton Pria VR3 Low / Sepatu Olahraga Outdoor

Beli di Shopee
Lavio Sepatu Pria Wanita Unisex Safety Boots High Premium

Rp 225.000

Lavio Sepatu Pria Wanita Unisex Safety Boots High Premium

Beli di Shopee
SHE Eureka Exfoliating Gel

Rp 72.000

Sepatu Lari Pria Navy Lis Stabilo Sneaker Olahraga Running Pria wanita Terbaru

Beli di Shopee
produk

Rp 109.540

Sepatu pria low - top, cocok untuk olahraga, lari, santai dan basket.

Beli di Shopee
produk

Rp 100.000

Baju Olahraga Lari Jersey Running Pria Anti UV By Azeesport

Beli di Shopee
produk

Rp 110.000

Singlet Atasan Olahraga/ Singlet Jersey Lari

Beli di Shopee