Rumah Adat Bale Lumbung dan Filosofinya

Rumah adat Bale Lumbung suku Sasak di Lombok, NTB, menjadi simbol kearifan lokal dalam menjaga ketahanan pangan dan menjalin harmoni dengan alam. Bangunan yang mirip dengan rumah tradisional, memiliki desain arsitektur unik dan filosofi dalam setiap elemennya.

Nagekeo yang Tak Banyak Orang Tahu, Temukan di Edisi Spesial Ini!

Temukan kekayaan budaya, adat istiadat, sejarah, wisata, dan kuliner khas Nagekeo melalui Majalah Digital Dimensi Indonesia. Dikemas secara menarik dengan pendekatan ilmiah yang ringan.
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia! Selengkapnya
X

Meski disebut rumah adat, bale lumbung bukan untuk tempat tinggal.  Istilah bale dalam bahasa Sasak dikenal dengan nama rumah, sehingga bale lumbung memiliki fungsi untuk menyimpan lumbung pangan hasil pertanian masyarakat setelah panen raya. Rumah Adat Bale Lumbung dibangun mirip seperti bale atau rumah.

Desain bangunannya cukup unik.  Bangunanmya memiliki atap berbentuk “topi” yang ditutup ilalang. Bagian atap sendiri berjarak kurang lebih 1,5 meter hingga 2 meter dari tanah.

Empat tiang besar menyangga tiang-tiang melintang di bagian atas tempat kerangka utama dibangun. Bagian atas  penopang kayu kemudian menguatkan rangka-rangka bambunya yang semua bagiannya ditutupi ilalang.

- Advertisement -

Satu-satunya yang dibiarkan terbuka adalah sebuah lubang persegi kecil yang terletak tinggi di bagian ujung, tempat menaruh padi hasil panen. Piringan kayu besar yang mereka sebut jelepreng, disusun di bagian atas puncak tiang dasarnya.

Kemudian bagian dinding dibuat dari anyaman bambu dan bagian lantai dari papan yang disangga beberapa tiang dan pondasi batu serta alas berupa tanah liat dicampur dengan sekam padi.

Hasil panen yang akan disimpan di Bale lumbung di panen dengan teknik khusus. Sistem cara panen biasanya menggunakan ani-ani. Ani-ani adalah alat untuk manual digunakan untuk memotong batang dan membiarkan. Teknik ini akan membuat padi yang  disimpan tidak cepat rusak dan bertahan lama. Sebelum disimpan padi dengan malainya dijemur dengan tujuan untuk mengurangi kadar air padi sehingga tidak mudah tumbuh.

- Advertisement -

Tujuan dari penyimpanan bagi suku Sasak adalah agar bisa dimakan ketika musim paceklik tiba.  Tahu nggak?! Bale Lumbung Padi mencerminkan tingkatan strata sosial masyarakat Sasak pada masa lalu. Bangunan ini menjadi simbol kesejahteraan dan keberhasilan pemiliknya. Karena itu  Bale Lumbung menjadi lambang prestise sosial.

Baca Juga :  Banua Layuk Orobua, Warisan Leluhur yang Menantang Waktu

Bagi suku sasak, Bale Lumbung bukan hanya tempat penyimpanan, tetapi juga mencerminkan rasa syukur masyarakat suku Sasak terhadap rezeki yang diberikan oleh Tuhan. Dengan menyimpan hasil panen di lumbung, mereka menghargai setiap anugerah alam dan berusaha untuk hidup berhemat.