Paraga, Ketika Bola Rotan Menjadi Tarian di Langit Sulawesi

Meski sudah berusia ratusan tahun, semangat masyarakat setempat untuk melestarikan paraga masih dapat terlihat, dengan generasi tua dan muda yang bermain bersama. Paraga memang mengandung nilai-nilai tradisional Bugis dan Makassar yang telah ada sejak zaman kerajaan terdahulu.

Nagekeo yang Tak Banyak Orang Tahu, Temukan di Edisi Spesial Ini!

Temukan kekayaan budaya, adat istiadat, sejarah, wisata, dan kuliner khas Nagekeo melalui Majalah Digital Dimensi Indonesia. Dikemas secara menarik dengan pendekatan ilmiah yang ringan.
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia! Selengkapnya
X

Di sebuah tanah lapang di Sulawesi Selatan, derap gendang mulai memecah keheningan sore. Para lelaki berpakaian adat Bugis-Makassar membentuk lingkaran rapi. Di tengahnya, bola rotan melambung tinggi, lalu disambut telapak kaki seorang pemain yang melenting ringan. Namun ini bukan sekadar sepak takraw—ini adalah paraga, warisan budaya yang menari di antara tradisi, seni, dan kejantanan.

Bagi masyarakat Bugis dan Makassar, paraga bukan cuma permainan. Ia adalah jejak zaman, ritual masa silam, sekaligus ekspresi kebudayaan yang mengakar kuat di tengah perubahan. Dalam setiap gerakannya yang lincah dan penuh irama, paraga mempertemukan olah tubuh dan estetika; antara kekuatan dan kelembutan.

Konon, paraga sudah dimainkan sejak masa To Manurung, raja pertama Kerajaan Gowa, menurut naskah-naskah lontara. Awalnya, hanya para bangsawan yang berhak memainkannya—diperlihatkan dalam upacara penobatan raja, atau menyambut tamu agung dari kerajaan lain. Namun waktu mengubah banyak hal. Paraga perlahan menyatu dengan rakyat, menjelma sebagai ajang adu ketangkasan para pemuda untuk memikat hati gadis-gadis desa.

- Advertisement -

Meski sepintas mengingatkan pada sepak takraw, paraga menyimpan kekhasan yang membuatnya jauh lebih dari sekadar olahraga. Bola rotan diolah dengan kaki, kepala, bahu, hingga lengan dalam berbagai posisi: berdiri, jongkok, bahkan rebah.

Dalam posisi mana pun, bola tidak boleh menyentuh tanah. Gerakannya kerap menyerupai tarian, diiringi denting pui-pui, getaran calung, dan tabuhan gendang serta gong. Musik menjadi jiwa yang menghidupkan setiap putaran bola di udara.

Paraga
Paraga

Setiap pemain mengenakan busana adat lengkap dengan passapu, penutup kepala khas yang bukan hanya pelengkap pakaian, tapi juga alat bantu menangkap bola dengan kepala—menjadi semacam mahkota yang menandai kehormatan dalam permainan ini.

- Advertisement -

Dalam permainan, para pemain bergantian mengendalikan bola tanpa saling merebut. Sebuah filosofi halus tersirat di sana: bahwa hidup adalah tentang peran yang dijalani dengan tertib dan saling menghormati.

Baca Juga :  Rumah Adat Bale Lumbung dan Filosofinya

Salah satu atraksi yang paling memukau dari paraga adalah formasi menara atau appanca. Enam orang saling menopang tubuh membentuk susunan vertikal, dan pemain di puncaknya mengendalikan bola dari ketinggian—seolah bola itu adalah dunia, dan mereka penari langit yang menjaga keseimbangannya. Formasi ini bukan sekadar keterampilan akrobatik, melainkan simbol gotong royong, kerja sama, dan kepercayaan satu sama lain dalam budaya Bugis dan Makassar.

Dari waktu ke waktu, paraga terus bertransformasi. Dari permainan istana menjadi hiburan rakyat, dan kini menjadi pertunjukan budaya di berbagai festival. Namun, esensinya tak pernah luntur. Di banyak desa, para lelaki muda masih berkumpul tiap sore bersama para tetua yang mengajarkan teknik dan nilai. Warisan ini hidup dalam semangat yang terus diturunkan lintas generasi.

- Advertisement -

Paraga bukan cuma permainan. Ia adalah pertunjukan. Ia adalah seni. Ia adalah jejak dari zaman ketika tradisi hidup di setiap denyut napas masyarakat. Dan kini, saat ia terus dipentaskan di atas tanah Sulawesi maupun panggung-panggung budaya di seluruh Nusantara, paraga mengingatkan kita bahwa tak semua hal harus dilupakan oleh waktu—beberapa di antaranya justru harus terus dimainkan, dihidupkan, dan diwariskan. Seperti bola rotan yang tak pernah dibiarkan jatuh ke tanah.

SHE Eureka Exfoliating Gel

Rp 79.000

Baju Kaos Keren: Rakyat Biasa

Beli di Shopee
Toner Badan Saptadasa Glycolic Toning Solution Exfoliating Toner (AGET 250ML)

Rp 79.000

Bajo Kaos Anime One Piece: Zoro

Beli di Shopee
Holly Fashion♛ BR016 BH Bra sport Push Up

Rp 79.000

Baju Kaos Anak Gunung: Jejak Explorer

Beli di Shopee
SHE Eureka Exfoliating Gel

Rp 143.560

TORCH Shibata 2 Liter Tas Selempang Bahu Pria Wanita Unisex Ringan Anti Air

Beli di Shopee
Parpum Loundry 1 Liter Pewangi Pelicin Pelmbut Pakaian

Rp 15.300

Parpum Loundry 1 Liter Pewangi Pelicin Pelmbut Pakaian

Beli di Shopee
SHE Eureka Exfoliating Gel

Rp 50.000

Sepatu Sneakers Sepatu Kerja Kuliah Travelling Sepatu Olahraga...

Beli di Shopee
SHE Eureka Exfoliating Gel

Rp 125.000

TSepatu Olahraga Badminton Pria VR3 Low / Sepatu Olahraga Outdoor

Beli di Shopee
Lavio Sepatu Pria Wanita Unisex Safety Boots High Premium

Rp 225.000

Lavio Sepatu Pria Wanita Unisex Safety Boots High Premium

Beli di Shopee
SHE Eureka Exfoliating Gel

Rp 72.000

Sepatu Lari Pria Navy Lis Stabilo Sneaker Olahraga Running Pria wanita Terbaru

Beli di Shopee
produk

Rp 109.540

Sepatu pria low - top, cocok untuk olahraga, lari, santai dan basket.

Beli di Shopee
produk

Rp 100.000

Baju Olahraga Lari Jersey Running Pria Anti UV By Azeesport

Beli di Shopee
produk

Rp 110.000

Singlet Atasan Olahraga/ Singlet Jersey Lari

Beli di Shopee