Saat ini masjid selain tetap dipakai untuk beribadah, juga telah menjelma sebagai objek wisata religi masyarakat. Masjid ini oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Solok telah ditetapkan sebagai benda cagar budaya bernomor 06/BCB.TB/A/15.2007.
Arsitektur Masjid Tuo Kayu Jao
Sesuai namanya, Masjid Tuo Kayu Jao dulunya terbuat dari kayu jao yang kuat, keras, dan sangat alot. Arsitektur masjid ini memadukan ciri Islam dengan corak Minangkabau yang cukup kental.
Atap masjid dibuat tiga tingkat secara bertumpang yang ditutup dengan ijuk setebal 15 cm. Bentuk atap masjid sedikit cekung untuk mempercepat aliran air hujan menuju ke bawah. Di antara tiap tumpang terdapat pembatas dengan hiasan ukiran terawangan tembus bermotif geosentris.
Fungsi pembatas sebagai ventilasi udara. Di antara tumpang dua dan tiga ada dua ukiran lingkaran seperti roda, dengan sisinya berbentuk roda berjumlah 8. Ukiran lain yang unik juga terdapat pada keempat sudut dinding bagian luar dan permukaan bedug. Pada keempat sudut dinding ada ukiran berbentuk naga.
Badan bangunan masjid memiliki elemen dinding, tiang, pintu dan jendela. Di dalamnya terdapat mimbar dengan ukiran motif sulur, juga lemari. Mihrab masjid diletakkan di belakang bangunan dengan dimensi 2,1 x 3,5 meter.
Mihrab ini memiliki atas berbeda dengan bentuk gonjong seperti rumah gadang. Masjid Tuo Kayu Jao disangga oleh 27 tiang dengan tinggi 15 meter. Ada pula tiang utama di tengah yang disebut tiang macu, yaitu tiang paling besar dari tiang lainnya.
Namun, tiang macu kini telah diganti dengan beton karena kayunya mulai lapuk. Adanya 27 tiang di masjid ini juga memiliki filosofi khusus. Hal itu menjadi simbol suku-suku yang hidup sekitar masjid, ditambah 4 unsur pemerintahan serta 3 unsur agama yaitu khatib, imam, dan bilal.
Bedug atau tabuah di Masjid Tuo Kayu Jao dibunyikan sebagai tanda akan dimulainya waktu salat. Setelah bunyi bedug, dilanjutkan dengan kumandang azan. Usia bedug tersebut diperkirakan sama dengan usia bangunan masjid.