Di tengah hangatnya budaya keramahan masyarakat Sumba, tersaji satu hidangan istimewa yang tak sekadar mengenyangkan, tetapi juga sarat makna: Manu Pata’u Ni.
Secara sederhana, Manu Pata’u Ni adalah ayam kampung yang dimasak hingga empuk dengan kuah santan yang gurih. Namun, lebih dari itu, sajian ini punya posisi istimewa sebagai bentuk penghormatan kepada tamu. Dalam tradisi Sumba, seekor ayam utuh yang telah diolah menjadi Manu Pata’u Ni akan disuguhkan khusus untuk tamu yang berkunjung ke rumah.
Saat dihidangkan, ada tradisi kecil penuh makna yang mengiringinya. Sebagian bagian ayam diserahkan kembali kepada tuan rumah, sementara sisanya dinikmati oleh tamu. Simbolisasi sederhana ini mengajarkan tentang pentingnya saling menghormati, berbagi, serta menjaga sikap rendah hati. Ada pula keyakinan bahwa menyantap makanan tanpa menyisakan berarti membuka jalan kelancaran rezeki bagi semua yang terlibat.
Melalui semangkuk Manu Pata’u Ni, kita tidak hanya menikmati kelezatan masakan tradisional, tetapi juga ikut meresapi nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Sumba — tentang berbagi, menghormati, dan merayakan kehadiran sesama.