Orang Makassar sering menyebut Kalompoang atau Gaukang. Kalompoang berasal dari kata “Lompo,” yang berarti besar, dan diartikan sebagai “Benda Kebesaran.” Sementara itu, Gaukang berasal dari kata “Gauk,” yang berarti Kuasa, dan diartikan sebagai “Benda Kekuasaan.” Kedua benda ini termasuk dalam kategori benda regalia.
Benda-benda ini memiliki tingkat kesakralan yang tinggi dan berhubungan erat dengan praktik-praktik magis, yang menjadi atribut utama yang memberikan legitimasi kepada seorang Raja atau Ratu setelah proses penobatan atau pelantikan. Salah satu contohnya adalah Salokoa.
Salokoa berasal dari kata “Loko” dalam bahasa Makassar, yang berarti Himpunan, dan diartikan sebagai “Penghimpun atau Pemersatu.” Ketika seseorang diangkat sebagai Raja atau Ratu, mereka diberkati dengan benda utama, yaitu Kalompoang atau Gaukang, yang mencakup Salokoa. Hal ini menjadikan pemimpin lebih berkharisma dan berwibawa, seolah-olah mereka adalah kekuatan penghimpun atau pemersatu, bahkan dianggap sebagai perwujudan dari Kerajaan itu sendiri.
Di Kerajaan Gowa, terdapat ungkapan yang mengungkapkan, “Inai-Inai Anjujungi Salokoa, Ampasappiki Sudanga, Ambarai Cindeya, Iyami Antu Karaeng RiGowa,” yang bermakna bahwa seseorang yang memakai mahkota Salokoa, meletakkan Kalewang Sakti Sudanga di pinggang, dan mengenakan ikat pinggang Cindea, akan dianggap sebagai Raja atau Pemimpin di Gowa.
Mahkota Salokoa dibuat dari bahan berharga, yaitu emas murni, dan dihiasi dengan permata berlian, ruby, dan zamrud sebanyak 250 butir. Bentuknya menyerupai kerucut atau stupa.
Dimensi Mahkota Salokoa
Mahkota Salokoa memiliki makna yang mendalam dalam budaya dan sejarah Kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan. Pusaka adalah salah satu benda bawaan dari Tu Manurung Baineya Ri Taka Bassia Gowa.
- Berat = 1.768 Gram
- Tinggi = 25 Cm
- Diameter Puncak Melingkar = 13, 5 Cm
- Diameter Badan Melingkar = 30 Cm
- Pola Denah Dasar/Kaki Melingkar = 50, 5 Cm
Makna dan Sejarah Mahkota Salokoa
Mahkota Salokoa adalah sebuah benda bersejarah yang memiliki peran penting dalam melestarikan budaya dan sejarah Kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan.
- Atribut Legitimasi Raja: Mahkota Salokoa adalah salah satu benda kebesaran atau kalompoang yang digunakan sebagai atribut legitimasi seorang Raja Gowa. Pemakaian mahkota ini adalah tanda bahwa seseorang adalah seorang Raja (Somba) yang berkuasa di Kerajaan Gowa.
- Sejarah Panjang: Mahkota ini pertama kali dipakai oleh Raja Gowa pertama, Tu Manurung Baineya, dengan gelar Karaeng Sombaya Ri Gowa pada awal abad ke-14, sekitar tahun 1320. Sejak itu, mahkota ini digunakan oleh para Raja Gowa hingga masa pemerintahan Raja Gowa terakhir, yaitu Raja Gowa Ke-36, Andi Idjo Karaeng Lalolang Sultan Abdul Muhammad Abdul Kadir Aiduddin, pada tahun 1960.
- Simbol Kekuasaan: Mahkota Salokoa menjadi simbol utama kekuasaan dan benda Kekuasaan (Gaukang) Kerajaan Gowa. Dalam kerajaan, pemakaian mahkota ini adalah tanda bahwa seseorang adalah pemimpin yang sah.
- Regalia dan Pergantian Kekuasaan: Selain itu, terdapat berbagai benda kebesaran atau regalia yang menjadi bukti status raja. Pergantian kekuasaan dalam kerajaan ditentukan oleh sebuah dewan yang disebut Bate Selapang, yang terdiri dari 9 raja bawahan. Dewan ini menentukan siapa yang berhak memegang regalia kerajaan selanjutnya, termasuk Mahkota Salokoa.
- Replika dan Penyimpanan: Setelah berakhirnya masa kerajaan, replika dari Mahkota Salokoa dan sejumlah regalia kerajaan lainnya disimpan di Museum Balla Lompoa Sungguminasa-Gowa, Sulawesi Selatan. Benda-benda tersebut menjadi bagian penting dari warisan budaya dan sejarah Kerajaan Gowa.
- Perayaan dan Penghormatan: Masyarakat dan keluarga istana mengadakan upacara pencucian dan memberikan kurban kepada Mahkota Salokoa sebagai bagian dari penghormatan dan tradisi budaya mereka. Tradisi ini telah berlangsung sejak 424 tahun lalu dan dilaksanakan setelah Salat Ied.