Kampung Adat Saga merupakan salah satu alternatif berwisata selain berkunjung ke Taman Nasional Kelimutu. Mengunjungi Kampung Adat Saga akan melengkapi perjalanan wisata ke TN Kelimutu.
Menjelajahi Kampung Saga merupakan pilihan bagi pencinta alam dan budaya. Untuk mengakses ke Kampung ini pengunjung akan menempuh dengan jarak 23 km ke arah timur kota Ende dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Kampung Adat Saga
Komunitas Adat Saga senantiasa berpegang teguh pada nilai-nilai luhur yang begitu erat dalam keseharian mereka. Sebagai penanda eksistensi clan ini adalah gelaran ritual Nggua atau Pesta Syukuran paska panen yang dilakukan setiap bulan September.
Dalam pengertian Indonesia, Saga diartikan “Suara berwibawa, suara terpandang atau terhormat.” Pengertian lain adalah “Bunyi Air yang mengalir, tidak deras namun menghanyutkan”
Dari pengertian tersebut bahwa sejak dahulu sampai saat ini secara hukum adat terdapat waka atau martabat kepemimpinan yang telah diwariskan oleh nenek moyang.
Kampung Adat Saga terdapat 22 buah rumah adat yang tersusun apik bertingkat di atas puncak bukit. Selain itu, juga terdapat rumah (Sa’o) Nggua/Keda yang hanya diperuntukkan bagi para tetua adat (Mosalaki).
Kelompok masyarakat Kampung Adat saga yang mengelola kampung adat merupakan mitra dari binaan TN Kelimutu. Masyarakat yang mendiami Kampung Adat Saga sengat berpegang kuat pada kebudayaan dan tradisi yang diwariskan oleh leluhurnya secara turun-temurun.
Filosofi Rumah Adat
Dari sisi filosofis bentuk bangunan ini menyerupai bagian tubuh manusia. Atap diibaratkan sebagai kepala, tiang utama diidentikkan dengan leher, kuda-kuda penopang bubungan diibaratkan sebagai kedua tangan, dinding ibarat rusuk, serta tiang penyangga diibaratkan sebagai kaki.
Mengikuti filosofi tersebut, maka struktur atap berbentuk kerucut dengan empat sisi dimana atap terbuat dari ilalang dan diikat memakai ijuk. Tinggi atap bisa mencapai tujuh meter. Seluruh tiang dan lantai serta dinding rumah adat terbuat dari kayu.
Dalam membangun rumah adat sa’o tidak dapat dilakukan sembarangan. Sebelum pemotongan kayu yang akan digunakan sebagai tiang penopang, harus dilakukan upacara dan ritual adat khusus.
Ucapan Syukur
Ritual nggua terdiri dari tiga urutan yaitu Uta Bue, Uwi-Keu Kana dan Keo. Pesta adat ini merupakan sebuah rangkaian ritual yang dimulai sejak awal dengan membuka kebun baru hingga ditutup dengan gawi atau menari bersama saat pesta syukuran.