Tari Gunde, sebuah tarian tradisional dari Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, memiliki makna mendalam yang terjalin erat dengan sejarah dan kepercayaan lokal masyarakatnya. Tarian ini terkenal dengan gerakannya yang lembut dan anggun, mencerminkan kehalusan budi dan pekerti wanita.
Gunde, atau dikenal juga dengan nama “Unde”, memiliki arti gerakan halus. Pada awalnya, Tari Gunde merupakan bagian dari upacara Mesundeng, yang digunakan untuk menolak bala. Tarian ini biasanya berlangsung pada hari kelima dari upacara tujuh hari, sebagai bentuk pemujaan kepada I Ghenggona Langi, Tuhan Pencipta Langit dan alam semesta.
Masyarakat Sangihe zaman dahulu sangat mempercayai kekuatan yang melebihi manusia dan mengekspresikan rasa syukur dan penghormatan mereka melalui ritus seperti ini.
Selain itu, Tari Gunde juga merupakan bagian integral dari upacara Tulude. Tarian ini berfungsi dalam barisan adat untuk menyambut tamu atau mengantar Kueadat, serta ditampilkan secara penuh sebagai pelengkap dari upacara tersebut.
Pada era kerajaan, tarian ini diangkat menjadi tari istana untuk acara penting seperti penobatan raja dan dipertunjukkan dalam lingkungan kerajaan serta dalam acara keagamaan di gereja.
Tari ini dimainkan oleh 13 orang penari, 12 penari dan satu pemimpin yang dikenal sebagai pengataseng. Urutan gerakan dalam tari ini dimulai dengan Mamidura sebagai hormat pembuka, disusul oleh Salaing Bawine yang melambangkan kehalusan budi pekerti wanita, Salaing Sasahola yang mencerminkan kegembiraan, Salaing Sondayang yang menunjukkan ketangguhan, dan Salaing Balang yang merepresentasikan perjuangan dan tanggung jawab wanita sebagai calon ibu rumah tangga.
Kemudian, Salaing Duruhang menggambarkan usaha pencarian kebahagiaan dan diakhiri dengan Mamidura sebagai penutup.
Musik pengiring tari Gunde menggunakan alat musik etnik Sangihe seperti Tagonggong dan Sasambo. Struktur musikal yang mengikuti nama gerakan, seperti lagung Bawine, dimainkan dengan pola ritme tertentu. Setiap gerakan memiliki irama dan lagu khas, menghadirkan harmonisasi yang selaras dengan gerak tari.
Kostum yang dipakai para penari terdiri dari pakaian tradisional ‘Laku Tepu‘ yang merupakan blus dan rok panjang, dilengkapi dengan selendang atau Bawandang. Penampilan ini juga diperkaya dengan aksesoris seperti konde adat (botopusige), mahkota (papili), dan anting-anting. Semua elemen ini bekerja bersama untuk menciptakan tampilan yang anggun dan sesuai dengan semangat tari Gunde.