Kacaping tidak diletakkan begitu saja di atas lantai, melainkan sebaiknya digantung dengan penuh kehati-hatian, layaknya merawat sesuatu yang berharga. Alat musik ini, dengan bentuknya yang mengikuti anatomi tubuh manusia, juga mencerminkan kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya.
Kacaping Mandar dimainkan dengan kelembutan, seperti seorang ibu yang menggendong buah hatinya. Dalam tradisi Mandar, kacaping sering dilekatkan pada tiang dan perahu, sehingga dinamai “kac.” Jika dimainkan oleh laki-laki, alat ini disebut “kacaping.”
Kacaping Mandar tidak hanya sebuah instrumen musik, tetapi juga simbol kearifan lokal yang melambangkan cinta kasih dan pengabdian, mulai dari lingkup keluarga hingga masyarakat luas.
Lelo, atau ekor kacaping, adalah bagian yang menambah nilai estetika pada kacaping. Ukurannya yang setengah jengkal mengikuti tradisi yang diwariskan oleh leluhur. Selain itu, pusat kacaping menjadi elemen penting yang berfungsi untuk menangkap suara dan mengalirkannya ke ruang resonansi, menciptakan harmoni yang khas.
Pos kacaping memiliki peran vital sebagai penghubung antara semua bagian kacaping. Jika pos ini rusak, maka fungsi bagian lainnya pun akan terganggu. Dalam struktur kacaping terdapat gigi tunggal, yang melambangkan kewajiban hamba Tuhan, mengingatkan pada pentingnya tugas yang harus dilaksanakan.
Lelo juga memainkan peranan penting dalam mengatur dawai, sementara ibu jari berfungsi untuk menahan kacaping saat dimainkan. Selain itu, kacaping Mandar dilengkapi dengan “hidung” yang berfungsi serupa.
Dua “telinga” kacaping menambah simbolisme, menggambarkan disiplin dan penyelarasan nada. Seperti halnya anak-anak zaman dahulu yang telinganya dipegang untuk diarahkan, telinga kacaping juga akan “dinormalkan” jika menghasilkan nada yang sumbang.
Kepala kacaping Mandar memiliki ukiran penuh makna, yang disesuaikan dengan siapa yang akan memainkannya. Untuk perempuan, biasanya diukir dengan bunga melati atau berangan, melambangkan kelembutan dan keindahan.
Sedangkan untuk laki-laki, ukirannya berbentuk motif batik dengan akar dan ranting, simbol kekuatan dan tanggung jawab. Kepala kacaping yang mengarah ke atas merepresentasikan jiwa manusia yang senantiasa berharap berkah dari Sang Kuasa.
Ciri Khas Kacaping Mandar
Kacaping Mandar memiliki perbedaan unik dibandingkan dengan kacaping Bugis Makassar. Bentuk kacaping Mandar menyerupai perahu dengan ukuran lebih besar dan posisi yang mengarah ke atas. Sementara itu, kacaping Bugis Makassar lebih kecil dan cara memainkannya berbeda. Meski demikian, kedua jenis kacaping ini memiliki bentuk perahu yang melambangkan media untuk menyampaikan doa kepada Yang Maha Kuasa.
Dalam pertunjukan, kacaping dan suasana yang diciptakan menjadi satu kesatuan. Asap dupa yang mengepul diarahkan ke dawai kacaping, melambangkan penyatuan jiwa antara alat musik tersebut dengan pemainnya. Hal ini menciptakan harmoni dalam setiap nada yang dimainkan, menghadirkan keindahan yang menyentuh hati.
Tradisi kacaping Mandar memiliki beragam syair, seperti cerita kepahlawanan, puji-pujian, dan lagu-lagu keagamaan. Dalam pertunjukannya, kacaping dapat dimainkan oleh laki-laki maupun perempuan. Biasanya, panggung pertunjukan dibuat melingkar, dengan para pemain berdiri berhadapan di tengah arena, sementara penonton mengelilingi mereka.
Komposisi pertunjukan kacaping sering kali dilengkapi dengan batu datar atau batu besar yang disusun melingkar. Penelitian tertentu menyebutkan bahwa susunan ini digunakan sebagai sarana penghormatan kepada roh nenek moyang. Selain itu, bentuk kacaping yang menyerupai perahu juga menggambarkan kepercayaan prasejarah yang erat kaitannya dengan perjalanan spiritual dan budaya masyarakat.
Kacaping dan pertunjukannya menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat, menyatu dalam harmoni budaya dan tradisi. Dalam acara madoton tinca, kacaping berperan sebagai simbol sahnya upacara tersebut. Jika sebuah keluarga mengadakan pertunjukan kacaping, maka upacara itu dianggap telah terlaksana dengan sempurna, memenuhi janji, dan membebaskan mereka dari sanksi sosial maupun tanggung jawab spiritual.
Meskipun zaman terus berkembang, tradisi ini tetap dijaga agar tidak hilang, terutama oleh generasi muda. Kacaping Mandar memiliki makna mendalam, melambangkan harapan yang menjangkau hingga langit.