Di kaki Gunung Anak Ranaka, tersembunyi sebuah kisah dari masa lampau yang masih terjaga keasriannya hingga kini—Situs Kampung Adat Todo. Perkampungan ini bukan hanya sebuah destinasi wisata budaya, tetapi juga tempat di mana jejak para leluhur masih terasa nyata.
Kampung Adat Todo berlokasi di Desa Todo, Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Dengan ketinggian 791,8 meter di atas permukaan laut, perkampungan ini menawarkan pemandangan yang memesona serta udara pegunungan yang segar. Untuk mencapainya, para pengunjung bisa memulai perjalanan dari Ruteng, berjarak sekitar 46 km dari kampung ini.
Jalan menuju Kampung Todo adalah karya seni tersendiri, berupa susunan batu yang mengelilingi halaman kampung, memberikan kesan tradisional dan terjaga. Saat memasuki halaman kampung, pengunjung akan disambut oleh lima meriam—diperkirakan milik Belanda—yang berjejer gagah di bagian depan. Ini menambah kesan sejarah yang mendalam bagi setiap orang yang melewatinya.
Pusat dari kampung ini adalah compang, sebuah tempat persembahan berbentuk persegi empat yang menjadi bagian integral dari jalan utama menuju kampung. Di atas compang ini, terdapat delapan makam tokoh adat, keturunan langsung dari raja yang pernah memerintah. Menhir dengan motif kedok muka yang berdiri tegak seolah menjaga kampung ini dari sejarah yang telah berlalu.
Keunikan utama dari Kampung Todo adalah rumah adatnya, Niang Todo. Rumah panggung dengan bentuk bundar dan atap jerami kerucut ini dulunya merupakan istana raja Todo, menggambarkan kemegahan struktur tradisional Manggarai.
Struktur rumah ini mirip jaring laba-laba, unik dan penuh filosofi. Selain rumah induk, terdapat empat bangunan rumah adat lainnya, masing-masing dengan ciri khas tertentu yang membangkitkan rasa ingin tahu.
Niang Rato, Niang Lodok di timur, serta Niang Wa/Keka dan Niang Teruk di barat, membentuk rangkaian rumah adat yang saling melengkapi. Sebuah bangunan Waruga, tempat musyawarah adat, berdiri sebagai titik utama di sisi depan rumah induk, selaras dengan compang.
Lingkungan sekitar kampung dipenuhi pepohonan hijau, mendukung suasana alami yang memberikan kedamaian bagi siapa saja yang berkunjung. Masyarakat setempat sebagian besar bekerja sebagai petani, menanam kopi khas Manggarai, cengkeh, dan penili, yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk mengenal lebih jauh kekayaan lokal.
Daya Tarik Kampung Adat Todo
Niang Todo
Kampung Todo dikenal dengan Niang Todo, rumah adat yang memiliki bentuk unik menyerupai rumah panggung berbentuk bundar dengan atap kerucut berbahan ijuk. Selain bangunan utama, terdapat empat bangunan lainnya yang menyerupai rumah induk namun berukuran lebih kecil.
Dua bangunan di sisi timur dikenal sebagai Niang Rato dan Niang Lodok, sementara di sisi barat terdapat Niang Wa/Keka dan Niang Teruk. Bangunan utama, Niang Mbowang, memiliki akses menuju halaman kampung yang dihiasi susunan batu rapi, membentuk jalur melingkar yang khas.
Meriam Belanda
Di luar halaman kampung, terdapat lima buah meriam yang diyakini peninggalan masa penjajahan Belanda. Saat memasuki area halaman, pengunjung akan menemukan compang—tempat persembahan berbentuk persegi.
Di atas compang ini terdapat delapan makam para tokoh masa lampau yang merupakan keturunan langsung dari raja. Selain itu, terdapat menhir (batu tegak) yang dihiasi motif wajah, menambah keunikan situs ini.
Gendang dari Kulit Manusia
Kampung adat Todo juga terkenal karena salah satu pusaka khasnya yang unik, yaitu gendang. Gendang ini bukanlah gendang biasa, melainkan terbuat dari kulit manusia, menjadikannya simbol tradisi dan sejarah yang kuat di komunitas ini.