Eksotisme Tersembunyi Danau Asmara di Ujung Timur Pulau Flores

Sayangnya, cinta yang sedang membuat mereka mabuk kepayang adalah cinta buta, sebab menurut tatanan sosial dan budaya setempat, jalinan asmara keduanya cacat nilai.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Di ujung timur Pulau Flores, terletak sebuah permata tersembunyi yang jarang disentuh oleh ramainya wisatawan. Danau Asmara, berjarak sekitar 53 kilometer dari Kota Larantuka, adalah sebuah destinasi alam yang memesona, meskipun tidak setenar tempat wisata lain di Pulau Flores. Pesona alam Danau Asmara mengejutkan dan memukau setiap pengunjung yang berkesempatan menjelajahinya.

Danau ini dibentuk dengan lengkungan indah, dikelilingi oleh hamparan pepohonan hijau yang menciptakan suasana sejuk. Terletak jauh dari hiruk-pikuk pusat kota, perjalanan menuju Danau Asmara memakan waktu sekitar 2 jam dengan menggunakan sepeda motor atau angkutan umum dari pusat kota Larantuka.

Meskipun perjalanan cukup jauh, sekitar 53 km, wisatawan akan terhibur dengan panorama alam pantai, hutan, dan deretan pohon mente milik para petani sepanjang perjalanan, membuat mereka lupa akan kelelahan mereka.

- Advertisement -

Ketika tiba di tepi danau, pengunjung disambut dengan minuman air kelapa muda yang menyegarkan, menjadi penyegar sempurna setelah perjalanan yang panjang.

Agar dapat merasakan keindahan alam danau secara maksimal, pengunjung dapat memanjakan diri dengan melihat danau dari atas pohon menggunakan rumah pohon semacam menara pandang yang telah dibangun. Ini memberikan pengalaman unik untuk menyaksikan ketenangan air danau melalui celah-celah daun hijau yang menambah keindahan liburan.

Terdapat prasyarat khusus bagi wisatawan yang ingin menjelajahi dan menikmati keindahan Danau Asmara. Mereka wajib dibasuh oleh juru kunci setempat sebelum memasuki area danau.

- Advertisement -

Selama berada di sana, pengunjung juga dilarang mengucapkan kata-kata kotor atau bersumpah serapah. Keyakinan masyarakat setempat menyebutkan bahwa buaya yang berada di dalam danau adalah jelmaan dari nenek moyang mereka.

Kisah Cinta yang Mengharukan

Nama Danau Waibelen mulai dikenal luas pada tahun 1970-an, ketika cerita cinta dua sejoli menyentuh hati banyak orang. Kisah ini berkisah tentang dua remaja, Lio Kelen dan Nela Kelen, yang berasal dari kampung Tengadei di Desa Waibao.

Baca Juga :  12 Tempat Wisata di Pulau Adonara, Setitik Surga di Ujung Selatan Indonesia

Meskipun berasal dari kampung yang sama, Lio dan Nela jatuh cinta satu sama lain. Namun, hubungan mereka tidak direstui oleh tatanan sosial dan budaya setempat karena keduanya memiliki hubungan keluarga. Orangtua keduanya tidak memberikan restu atas hubungan tersebut.

- Advertisement -

Namun, kisah asmara mereka tidak tergoyahkan oleh ketidaksetujuan orangtua dan norma adat. Meski tidak direstui, Lio dan Nela tetap mempertahankan hubungan mereka. Seperti warga kampung pada umumnya, Danau Waibelen bukan hanya sebagai sumber air, melainkan juga menjadi saksi bisu dari kisah cinta yang terlarang.

Setiap hari, keduanya melewati jalan setapak menuju tepi danau, di mana keindahan danau dan riak air yang diterpa angin membangkitkan gairah asmara mereka. Namun, tantangan nilai-nilai dan norma keluarga terus menghantui mereka.

Kedua sejoli ini akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidup mereka di Danau Waibelen, tempat yang selama ini menjadi saksi bisu dari cerita hidup dan asmara mereka. Keputusan tersebut, meski tragis, menggambarkan betapa dalamnya kisah cinta mereka yang terhalang oleh norma dan adat.

- Advertisement -