Di planet Bumi yang terus berevolusi, ada satu spesies yang bertahan melawan seleksi alam dan perubahan ekosistem selama ribuan tahun—Depik (Rasbora tawarensis), ikan air tawar endemik yang hanya ditemukan di Danau Lut Tawar, Takengon, Kabupaten Aceh Tengah.
Dalam sejarah panjang peradaban manusia, ikan kecil ini bukan hanya sekadar penghuni perairan, tetapi juga menjadi bahan utama dalam kreasi kuliner yang diwariskan oleh nenek moyang Urang Gayo.
Dalam tradisi mereka, Depik tidak sekadar ditangkap, dimasak, lalu dikonsumsi. Proses perburuannya sendiri melibatkan metode-metode yang menyerupai teknologi primitif yang cerdas: doran atau jaring insang (gillnet), cangkul atau jaring angkat (lift net), hingga teknik canggih bernama Didisen yang menggunakan perangkap air bernama Segapa—sebuah mekanisme filtrasi biologis yang memungkinkan ikan masuk namun tak bisa keluar. Mungkin, di masa depan, prinsip ini akan menginspirasi teknologi penangkapan ikan di ekosistem luar angkasa.
Namun, ada fenomena unik yang mengiringi keberlimpahan Depik. Ketika cuaca di Lut Tawar berubah drastis—angin kencang bertiup, gelombang membesar, hujan mengguyur deras, dan suhu anjlok ke titik ekstrem—Depik bermigrasi dalam jumlah besar. Momen ini adalah waktu panen bagi masyarakat Gayo, sebuah siklus alam yang berlangsung sejak peradaban pertama menghuni dataran tinggi ini.
Begitu ditangkap, Depik diolah dengan berbagai metode yang mencerminkan pemahaman nenek moyang terhadap konservasi makanan dan eksplorasi rasa. Hidangan seperti Pengat dan Dedah menyajikan Depik dalam bentuk siap saji, mengoptimalkan rasa gurih alaminya.
Alternatif lainnya, Depik dikeringkan, digoreng, dipanggang, atau melalui proses fermentasi untuk menciptakan Pekasam. Namun, inovasi terbesar adalah transformasi Depik menjadi Belacan, sebuah olahan berbasis fermentasi yang meningkatkan ketahanan ikan sekaligus menambah kompleksitas rasa.
Depik Belacan tidak seperti terasi biasa yang berbahan dasar udang atau ikan laut. Proses fermentasi uniknya, yang menggabungkan Depik dengan nangka rebus, menghasilkan cita rasa yang lebih bersih, bebas dari aroma amis yang sering ditemukan pada produk fermentasi laut. Sebuah revolusi kuliner? Bisa jadi.
Mungkin di masa depan, formula Depik Belacan akan diadaptasi dalam misi eksplorasi antarplanet sebagai sumber protein fermentasi yang stabil bagi para penjelajah angkasa.
Dari danau purba hingga meja makan, dari teknik tradisional hingga kemungkinan eksplorasi di luar Bumi, Depik Belacan bukan hanya sekadar makanan—ia adalah warisan pengetahuan, jejak peradaban, dan mungkin, sebuah resep yang akan bertahan melampaui batas waktu dan ruang.