Asal Mula dan Sejarah Ungkrung Jati, Kuliner Ekstrem Gunungkidul

Ungkrung jati menawarkan petualangan rasa yang unik dan bermanfaat bagi kesehatan. Mencoba kuliner khas ini juga berarti mendukung dan melestarikan budaya Gunungkidul yang kaya dan penuh sejarah.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Gunungkidul, terkenal dengan pantainya yang eksotis, juga menawarkan sensasi kuliner yang unik dan menantang: ungkrung jati. Makanan ekstrem ini terbuat dari kepompong ulat jati dan kerap membangkitkan rasa penasaran dan keberanian bagi mereka yang berani mencoba.

Meskipun terdengar aneh, ungkrung jati adalah makanan kaya gizi. Tradisi lokal ini telah menjadi bagian dari warisan kuliner yang menggugah rasa ingin tahu banyak orang. Artikel ini akan membawa Anda menyelami sejarah, kandungan gizi, hingga cara pengolahan dan permintaan pasar dari hidangan yang menantang ini.

Ungkrung jati adalah nama lain dari kepompong ulat jati atau enthung jati, larva dari ngengat Hyblaea puera. Meski tampak menjijikkan bagi sebagian orang, makanan ini memiliki tempat khusus di hati penggemarnya. Larva ini biasanya ditemukan pada pohon jati selama musim penghujan, menjadi salah satu bahan makanan khas di daerah tersebut.

Asal Mula dan Sejarahnya

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Wulanlala (@wulanlala)

- Advertisement -

Ungkrung jati bermula dari kebiasaan masyarakat Gunungkidul yang kreatif mencari sumber protein alternatif di saat paceklik. Ketika bahan makanan sulit didapatkan, masyarakat memanfaatkan ungkrung jati sebagai solusi pangan. Ulat jati dianggap hama bagi pohon jati, namun penduduk setempat berhasil mengolahnya menjadi santapan lezat.

Kebiasaan ini terjadi pada awal musim penghujan, ketika ulat jati mulai muncul. Ulat tersebut bercorak garis lurus dengan empat aksen warna, kuning, hijau tua dan muda, putih, serta hitam. B

- Advertisement -

ak helm, kepalanya bulat hijau muda. Menangkap dan mengolah larva ini merupakan kegiatan musiman, berlangsung beberapa minggu dalam setahun. Kini, makanan ekstrem ini berkembang menjadi daya tarik wisatawan yang ingin merasakan sesuatu yang berbeda.

Baca Juga :  Wedang Tahu, Minuman Andalan Kota Semarang

Kandungan Gizi yang Kaya

Meski menggelikan bagi sebagian orang, ungkrung jati kaya akan nutrisi. Beberapa penelitian menunjukkan kandungan protein, mineral, vitamin, lemak, dan karbohidrat dalam ulat jati sangat tinggi.

Protein dalam ungkrung jati lebih tinggi dibanding daging sapi, dengan sekitar 68 gram protein per 100 gram ulat kering, dibanding 26 gram pada daging sapi. Manfaat lainnya termasuk meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan kulit dan rambut.

- Advertisement -

Ungkrung jati juga menyediakan energi tambahan dan membantu pembentukan sel darah merah, mencegah anemia. Dengan manfaat ini, ungkrung jati menjadi alternatif sumber protein yang tidak kalah dengan hewan lainnya.

Cara Mengolah Ungkrung Jati

Mengolah ungkrung jati terbilang mudah. Setelah dibersihkan, ia bisa dimasak dengan berbagai cara.

Salah satu cara populer adalah menggorengnya dengan bumbu bawang putih dan garam, menghasilkan cita rasa gurih dan tekstur renyah. Beberapa orang juga memasaknya dengan bumbu balado, rica-rica, atau dibuat keripik.

Meski berbagai metode pengolahan ada, menggoreng tetap menjadi pilihan utama. Bagi yang sudah terbiasa, gurih dan renyahnya ungkrung jati menjadikannya lauk maupun camilan yang tak kalah menggugah selera.

Harga dan Permintaan di Pasar

Karena ketersediaannya yang musiman, harga ungkrung jati cukup tinggi. Saat musim puncak, harganya bisa mencapai Rp130.000 hingga Rp150.000 per kilogram, lebih mahal dari daging sapi.

Faktor musiman dan permintaan meningkat membuat harga melambung. Saat ini, penjual sudah mulai memasarkan ungkrung jati secara online untuk menjangkau pasar lebih luas.

Baca Juga :  Asal Usul dan Filosofi Sanggara Balanda, Apa Benar dari Belanda?

Dengan minat yang terus tumbuh, ungkrung jati kini menjadi kuliner unik dan semakin dikenal di seluruh Indonesia.

Permintaan yang meningkat ini juga didukung oleh wisatawan yang mencari pengalaman kuliner yang berbeda. Ungkrung jati menjadi simbol keunikan kuliner Gunungkidul.

Wisatawan dapat merasakan sensasi kuliner yang menantang sekaligus memahami kebudayaan lokal yang kaya akan tradisi.

Risiko Alergi dan Konsumsi

Walau kaya gizi, ada risiko alergi bagi beberapa orang, terutama yang alergi makanan laut. Reaksi umum termasuk gatal setelah makan ungkrung jati.

Untuk menghindari ini, disarankan mencoba dalam porsi kecil dan menunggu reaksi tubuh sebelum memutuskan untuk mengonsumsinya lebih banyak.

Dengan bijak mencoba ungkrung jati, kita dapat menikmati manfaatnya tanpa menimbulkan dampak buruk kesehatan.

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Anna (@sa_photowork12)

Ungkrung Jati: Kuliner Ekstrem yang Menarik

Ungkrung jati memang tidak biasa, tetapi di balik tampilannya yang ekstrem, terdapat khasiat yang menakjubkan. Kandungan nutrisi yang tinggi menjadikan makanan ini pilihan tepat bagi mereka yang mencari sumber protein yang lebih ramah lingkungan.

Bagi yang penasaran, tidak ada salahnya mencoba makanan khas ini sambil mendukung pelestarian tradisi lokal.

- Advertisement -
WhatsApp Icon Dimensi Indonesia Hadir di WhatsApp Channel Follow