Ritual pemakaman agung Rambu Solo memang selalu menarik perhatian masyarakat setempat bahkan juga mampu mencuri perhatian para peloncong domestik mau pun manca negara . Tak heran, ratusan bahkan ribuan warga turut meramaikan tradisi Mapasilaga Tedong.
Dua mamalia besar bertanduk itu adu kekuatan di tanah lapang berlumpur. Saling menyerang mengandalkan dua tanduk kokoh melengkung. Hantamannya menimbulkan suara mengiringi keseruan pertandingan.
Itulah Mapasilaga Tedong atau disebut dengan adu kerbau. Tradisi unik khas Tana Toraja ini merupakan satu dari serangkaian upacara kematian Rambu Solo, pesta besar-besaran sebagai wujud penghormatan terakhir bagi yang meninggal.
Selain sebagai hiburan bagi keluarga yang berduka, Mapasilaga Tedong turut menjadi objek wisata. Banyak wisatawan yang tertarik melihat serangkaian ritual yang melibatkan manusia dan kerbau khas Toraja.
Bagi orang Toraja, meskipun boleh ditangisi, kematian merupakan kegembiraan tersendiri yang membawa manusia kembali menuju surga, asal-muasal leluhur.
Nampak kuat kepala banteng saling menyeruduk. Tak jarang tanduk kerbau saling berkaitan saat mendesak lawan. Sungguh pemandangan yang menegangkan, namun sayang untuk dilewatkan. Mapasilaga Tedong selalu digelar di tanah lapang yang luas seperti pematang sawah.
Hal ini dikarenakan selain mengantisipasi penonton yang membludak, ada kemungkinan kerbau berlari menuju penonton.
Aturan main bagi sang kerbau cukup sederhana, kerbau yang menjauh dan menghindari lawan akan dinyatakan sebagai kerbau yang kalah. Baik itu telah melakukan duel maupun belum sama sekali.
Jenis kerbau yang diikutsertakan dalam Mapasilaga Tedong juga tak sembarangan. Harus berasal dari jenis kerbau salepo, kerbau lumpur, lontong boke, tedong pudu, hingga kerbau bule.
Beberapa kerbau yang diadu bahkan memiliki harga yang fantastis lho. Kerbau bule misalnya, mampu menembus harga 1 Miliar per ekornya lho.
Hal ini dikarenakan, masyarakat Toraja percaya bahwa tedong atau kerbau dapat mengantarkan orang yang meninggal menuju surga. Selain itu, bagi mereka, kerbau merupakan simbol kemapanan dan wibawa serta kemakmuran.
Namun, jenis kerbau yang paling sering dijumpai dalam ritual Mapasilaga adalah tedong pudu. Jenis kerbau berkulit legam ini dipilih karena mudah dilatih dan harganya tidak semahal kerbau lain.
Selepas ritual Mapasilaga Tedong, ritual selanjutnya Ma’tinggoro Tedong, prosesi pemotongan kerbau ala Toraja. Prosesi ini adalah menyembelih Kerbau dengan sebuah parang yang dilakukan dalam sekali tebasan saja. Kerbau yang telah disembelih kemudian dagingnya akan dibagi-bagikan kepada warga sekitar.