Tradisi Bertukar Makanan Di Hari Raya Idul Fitri

Lebaran atau Idul Fitri adalah momen hari raya bagi umat Islam di seluruh dunia. Indonesia sebagai negara dengan masyarakat muslim terbesar, tentu merayakan hari tersebut dengan meriah.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Masyarakat Jawa Barat memiliki tradisi khusus untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri. Tradisi-tradisi tersebut telah dilakukan selama bertahun-tahun dan diwariskan ke tiap generasi.

Lebaran atau Idul Fitri adalah momen hari raya bagi umat Islam di seluruh dunia. Indonesia sebagai negara dengan masyarakat muslim terbesar, tentu merayakan hari tersebut dengan meriah.

Islam telah dianut masyarakat Indonesia sejak abad ke-7 hingga 13 Masehi. Sehingga, tidak heran apabila agama ini turut serta memengaruhi berbagai kehidupan masyarakat termasuk produk budaya.

- Advertisement -

Masyarakat Jawa Barat dengan suku mayoritasnya, yaitu Sunda dan Betawi memiliki tradisi-tradisi yang lekat dengan agama Islam, termasuk tradisi yang dilakukan jelang atau saat Lebaran.

Berikut daftar tradisi-tradisi Lebaran yang sering dilakukan oleh masyarakat di Jawa Barat:

Tradisi Nyekar atau Munggahan

- Advertisement -
Nyekar merupakan bentuk mengobati rindu kepada mereka yang telah meninggalkan kita. Foto : boombastis.com

Tradisi nyekar atau munggahan yang dilakukan oleh masyarakat Sunda di Jawa Barat kurang lebih sama seperti tradisi nyekar suku Jawa di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, nyekar artinya ziarah makam.

Umumnya, tradisi ini dilakukan menjelang Ramadan maupun Idulfitri. Ketika melaksanakan munggahan, masyarakat akan mengunjungi makam kerabat, leluhur, wali, atau orang-orang penting. Selanjutnya, makam akan dibersihkan dan kerabat akan didoakan sebagai wujud kasih sayang dan penghormatan.

Menurut Nahdatul Ulama (NU), tradisi ziarah makam seperti nyekar atau munggahan dianjurkan sebagai bentuk ‘tazdkiratul akhirah’ atau mengingatkan kita kepada akhirat.

- Advertisement -

Tradisi Nganteuran

Nganteuran umumnya dipahami sebagai sebuah kebiasaan saling bertukar makanan saat menjelang hari raya Idul Fitri. Foto : jabar.nu.or.id

Tradisi nganteuran adalah tradisi masyarakat Sunda di Jawa Barat yang biasa dilakukan dua hari jelang Lebaran. Tradisi ini dilakukan dengan cara saling bertukar makanan dengan keluarga maupun tetangga. Pada kebudayaan masyarakat Betawi, tradisi ini juga dikenal dengan nyorog.

Baca Juga :  Filosofi Tari Pallake, Kesenian Atraksi Perang Suku Mandar

Dikutip dari NU, makanan yang biasa dikirimkan saat nganteuran adalah makanan khas lebaran, termasuk ketupat, sambal goreng, serta lauk pauk lainnya. Makanan dikemas sedemikian rupa dan dikirim menggunakan rantang.

Biasanya, dikirimkan oleh keluarga kalangan muda kepada orang yang lebih tua. Selain untuk mempererat tali silahturahmi, tradisi ini juga bentuk penghormatan kepada orang tua.

Tradisi Ngapungkeun Balon

Tradisi turun-temurun yang sudah lakukan masyarakat Garut dalam merayakan Idul Fitri, yakni Ngapungkeun Balon. Foto : okezone.com

Tradisi unik setiap perayaan Lebaran dilakukan oleh masyarakat Taragong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat berupa ngaungkeun balon. Tradisi ini merupakan kegiatan menerbangkan balon raksasa untuk memeriahkan Hari Raya Idulfitri.

Melansir Antara, masyarakat Taragong Kidul sudah melaksanakan tradisi ini selama 20 tahun. Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat sebagai momen bersilaturahmi sembari melihat hiburan.

Balon raksasa yang akan diterbangkan dibuat dari bahan kertas minyak dan memiliki warna yang bervariasi. Pembuatannya membutuhkan biaya sekitar Rp500 ribu hingga Rp1 juta. Balon raksasa yang dibuat diterbangkan selepas salat Id dan dihadiri oleh banyak warga sekitar.

Tradisi Ngadulag

Nabuh bedug, atau seni mukul bedug, salah satu tradisi yang sudah ada sejak lama di Jawa Barat, dan masih ada hingga sekarang. Foto: seruji.co.id

Ngadulag adalah kegiatan menabuh bedug yang biasa dilakukan masyarakat Jawa Barat saat menyambut bulan puasa maupun di malam takbiran sebelum Lebaran. Menurut Kemendikbud, bedug tidak hanya ditabuh secara asal, melainkan dilagukan melalui ritmis-ritmis yang dinamis.

Tradisi ngadulag umumnya diselenggarakan untuk kegiatan keagamaan dan kebudayaan, seperti Maulid Nabi, perayaan khitanan, pernikahan, hingga menyambut tamu. Oleh karena itu, tradisi ini juga masuk sebagai sebuah seni pertunjukan.

- Advertisement -