Rumah Budaya Sumba, Gerbang Menuju Kekayaan Seni dan Budaya Sumba

Keistimewaannya terdapat di bagaimana tempat ini mengajak kita untuk mengagumi dan mencintai budaya Sumba itu sendiri.

Nagekeo yang Tak Banyak Orang Tahu, Temukan di Edisi Spesial Ini!

Temukan kekayaan budaya, adat istiadat, sejarah, wisata, dan kuliner khas Nagekeo melalui Majalah Digital Dimensi Indonesia. Dikemas secara menarik dengan pendekatan ilmiah yang ringan.
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia! Selengkapnya
X

Di jantung Sumba Barat Daya, tak jauh dari pusat kota Tambolaka dan Bandar Udara Tambolaka, berdirilah sebuah tempat yang lebih dari sekadar akomodasi. Rumah Budaya Sumba bukan hanya tempat bermalam—ia adalah gerbang menuju kekayaan seni dan budaya Sumba yang mendalam.

Segalanya bermula dari impian seorang putra daerah, Pater Robert Ramone. Sejak muda, ia telah menjelajahi pelosok Sumba dengan kameranya, merekam jejak budaya dan kehidupan masyarakat dengan penuh cinta.

Foto-fotonya tak hanya menjadi dokumentasi, melainkan juga telah dibukukan dan menyebar hingga ke Eropa—memperkenalkan Sumba kepada dunia luar. Kini, kecintaannya pada tanah kelahiran itu terwujud dalam Rumah Budaya Sumba, sebuah tempat yang menggabungkan penginapan, museum, dan ruang hidup budaya.

- Advertisement -

Bangunannya berdiri dengan arsitektur khas rumah adat Sumba. Di halaman, menhir dan penji dengan ukiran tradisional berdiri kokoh, seolah menyambut setiap tamu yang datang dengan cerita yang tak terucap. Begitu memasuki kawasan ini, atmosfer etnik dan nuansa sejarah langsung terasa menyelubungi.

Di dalamnya, terdapat Lembaga Studi & Pelestarian Budaya Sumba—sebuah museum yang menyimpan koleksi benda-benda budaya yang tak ternilai. Senjata tradisional, perhiasan, alat musik, dan berbagai peninggalan adat tersaji lengkap dengan keterangan yang menjelaskan fungsi serta maknanya. Di dinding-dindingnya, terpajang hasil jepretan Pater Robert sendiri—merekam momen-momen penting seperti pasola yang mendebarkan hingga prosesi pemakaman megalitik yang sakral.

Rumah Budaya Sumba juga menaungi Rumah Tenun dan Museum Atma Hondu, tempat di mana koleksi kain tenun dari seluruh penjuru pulau dikurasi dengan penuh penghargaan. Kain-kain itu tak hanya indah, tetapi juga sarat makna, karena tiap motif dan warna menyimpan cerita tentang klan, status sosial, hingga pandangan hidup masyarakat Sumba.

- Advertisement -
Baca Juga :  Green Bay, Teluk Hijau di Taman Nasional Meru Betiri

Jika malam tiba dan keberuntungan berpihak, pengunjung mungkin disambut oleh pertunjukan tari tradisional. Sanggar-sanggar seni dari berbagai daerah di Sumba kerap tampil di panggung terbuka, mempersembahkan tarian yang menggambarkan kisah, ritual, dan filosofi hidup masyarakatnya. Tak jarang, penonton pun diajak turut serta, menari bersama dalam semangat kebersamaan.

Memang, Rumah Budaya Sumba tidak menawarkan kemewahan hotel berbintang. Tetapi justru dalam kesederhanaannya, tersimpan kekayaan sejati. Ia bukan sekadar tempat bermalam, melainkan ruang untuk merasakan denyut nadi budaya Sumba dari dekat. Di sinilah mimpi sederhana Pater Robert Ramone hidup dan terus berdenyut—mengajak siapa pun yang datang untuk melihat Sumba, mengenalnya lebih dalam, dan pada akhirnya jatuh cinta.