Di tengah pesona alam Kabupaten Nagekeo, terdapat sebuah tradisi unik yang menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat setempat, yakni ritual adat tolak bala yang dikenal dengan sebutan Tu Doka, di Kampung Kobagheje, Nio Kota, Kobafesa, dan Okirateata Desa Aeramo, Kecamatan Aesesa. Ritual ini dilakukan untuk mengatasi masalah serius yang sedang mereka hadapi.
Makna Ritual Tu Doka
Tu doka atau tolak bala adalah ritual adat yang dilaksanakan oleh Suku Nataia dengan tujuan utama mengusir hama, penyakit, dan segala bentuk malapetaka yang mengancam hewan dan tanaman padi dan jagung milik mereka.
Dalam konteks budaya masyarakat setempat, Tu doka tidak hanya dianggap sebagai upaya fisik semata, tetapi juga sebagai bentuk permohonan kepada leluhur dan kekuatan spiritual untuk memberikan perlindungan dan keberkahan atas hasil panen.
Proses Pelaksanaan Ritual
Ritual tolak bala ini dilakukan di Pantai Nagelewa yang dipimpin oleh beberapa tokoh adat setempat. Dalam pelaksanaannya, hama-hama yang telah teridentifikasi, seperti ulat, belalang, dan tikus, dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam botol.
Botol-botol tersebut kemudian diikat pada perahu kecil yang akan dibawa ke tengah laut oleh orang yang ditunjuk. Proses ini bukan hanya simbolis, banyak yang meyakini bahwa tindakan mengirimkan hama ke laut dapat menghilangkan ancaman yang mereka hadapi.
Ritual ini dilaksanakan ketika terjadi hal luar biasa, misalnya bila padi dan jagung diserang hama meskipun telah dilakukan berbagai usaha, termasuk penyemprotan. Ini mencerminkan keyakinan masyarakat bahwa ada kekuatan lebih besar yang berperan dalam menjaga keseimbangan alam.
Dampak dan Penegakan Tradisi
Setelah ritual selesai, masyarakat setempat diwajibkan untuk menghormati larangan bekerja selama sehari setelah acara, dalam bahasa adat disebut juga “ire.” Hal ini bertujuan untuk memberi waktu bagi alam untuk pulih dan sebagai bentuk penghormatan pada proses yang baru saja dilakukan. Jika ada anggota masyarakat yang melanggar larangan ini, mereka percaya hal buruk pada keluarga tersebut.
Ritual adat Tu doka merupakan contoh bagaimana masyarakat Suku Nataia masih kuat mempertahankan tradisi leluhur mereka meskipun di tengah perubahan zaman. Melalui praktik-praktik kebudayaan yang kaya ini, mereka tidak hanya berusaha melindungi hasil pertanian tetapi juga menjaga hubungan dengan lingkungan dan kekuatan spiritual yang diyakini ada di sekeliling mereka.
Seiring dengan tantangan yang dihadapi para petani, seperti perubahan iklim dan serangan hama yang semakin kompleks, ritual tolak bala ini menjadi penting tidak hanya sebagai sarana pelestarian budaya tetapi juga sebagai langkah proaktif dalam menjaga ketahanan pangan masyarakat. Dengan demikian, Tu doka bukan hanya sekadar ritual, tetapi merupakan bagian dari identitas dan cara hidup masyarakat Desa Aeramo dan sekitarnya.
Dengan melestarikan tradisi ini, kita turut berkontribusi dalam menjaga kearifan lokal dan keseimbangan ekosistem yang menjadi fondasi kehidupan mereka. Sebuah pengingat bahwa di balik setiap ritual, ada nilai-nilai luhur yang patut dihormati dan diteruskan kepada generasi mendatang.