Usai menjelajahi bentang sabana dan menyelami budaya Marapu yang sakral, rasanya tak lengkap bila pulang dari Sumba tanpa membawa sepotong kenangan. Pulau yang perlahan semakin ramai dikunjungi wisatawan ini bukan hanya menyajikan lanskap menawan, tapi juga menawarkan beragam kerajinan tangan sebagai oleh-oleh penuh makna. Yap, pernak pernik khas Sumba.
Dari yang paling ikonik, ada kain tenun Sumba—karya seni yang ditenun dengan penuh ketelatenan dan makna simbolik. Warnanya mencolok, motifnya tajam, dan tiap helainya menyimpan cerita tentang leluhur dan alam. Selain itu, katopo atau parang khas Sumba juga menjadi buah tangan unik, terutama bagi mereka yang ingin membawa pulang kekuatan simbolis dari tanah ini.

Namun, tak semua kenangan harus besar dan mencolok. Pernak-pernik khas Sumba seperti kalung, bros, hingga gantungan kunci yang terinspirasi dari bentuk mamuli dan lulu amah, bisa menjadi pilihan sederhana namun sarat makna.
Mamuli, perhiasan berbentuk menyerupai vulva perempuan, melambangkan kesuburan dan kelahiran. Sementara lulu amah yang menjadi pasangannya, melambangkan kejantanan. Keduanya bukan sekadar hiasan, tapi simbol yang hidup dalam adat dan relasi sosial masyarakat Sumba, khususnya dalam upacara pernikahan.
Tak hanya logam dan kain, tubuh hewan pun disulap menjadi karya seni. Ada haikara, sisir tradisional yang dibuat dari cangkang penyu dan diukir halus. Di masa lalu, sisir ini menjadi mahkota para wanita Sumba dalam upacara adat. Kini, ia tetap menjadi lambang kecantikan dan martabat perempuan.
Selain itu, Anda bisa menemukan walaona dan anahida—manik-manik tradisional yang dulu hanya dikenakan oleh pengantin. Ada pula tongal, tas kayu mungil yang biasa dikalungkan di pinggang lelaki Sumba, tak sekadar aksesori, tapi bagian dari identitas.
Seluruh kerajinan ini dapat ditemukan di pasar tradisional maupun desa adat yang tersebar di penjuru Sumba. Tak hanya menjadi pengingat akan perjalanan, oleh-oleh ini juga mencerminkan bagaimana masyarakat Sumba menjaga tradisi, sembari menjadikannya sumber penghidupan yang berkelanjutan.